Sabtu, 10 Maret 2012



Nota Karya Sajak Negeri Mimpi Razlina Reichardt - Oleh A.Kohar Ibrahim


Nota Karya
A.Kohar Ibrahim :

Negeri Mimpi

Razlina Reichardt

*
BACA simak sampai melacak ungkap adakah apa dan bagaimana yang sungguh sungguh ada dalam kandungan isi dan pesan tersurat-sirat. Menemu mengangkat yang  tersurat-sirat ! Dalam proses itulah timbul tenggelam tidaknya rasa suka tak suka nikmat ataukah tak. Kesuka-tidak-an yang berkaitan erat dengan daya apresiasi yang dimiliki.

Begitulah biasa kebiasaannya seketika aku menemukan ataukah disajikan buah hasil kreativitas kesenian umumnya, kesusastraan khususnya. Lebih khusus lagi yang berupa kreasi puisi dalam bentuk sajak. Seperti contoh buktinya yang baru-baru ini aku alami. Sajak sorang penulis wanita berjudul “Negeri Mimpi”. Yang  secara spontan menggugah gugat sekalian mengundangku untuk  menyatakan komentar yang keluar begitu saja. Seperti di bawah ini.

"negeri mimpi" razlina reich&rdt - kubaca sembari memulas dada tersesak segera aku memberontak mengejar gapai irama "lady in red" chris de burgh, upaya meringan tekanan desakan antrian nafas mewaswas. ku pandang jauh latar belakang puncak ...gunung. tapi yang terbayang black forestry dan perbatasan segitiga dekat achen. tapi bayangan chekpoint tembok berlin masih segar dalam ingatan. tatkala gerbong keretapi melintas perbatasan, waswas belum lagi tuntas. seketika menampak lelaki berbadan tinggi tegap berseragam lengkap bertopi. "polisi?" aku tersentak, tapi segera aku nampak: kerjaannya hanya membolong tiket keretapi. hatiku mulai lega. hingga ujung barat eropa. musimpanas 1972. sejak itu lantas sekian lama jadi perantau terpaksa. memory ku melanjut seketika aku kesempatan mudik, maka segera aku ingat pulalah, kesan terkesankan oleh karya puisi  "negeri mimpi" penyair razlina juga kesan yang terkesankan sepertinya nyaris serupa. ah, lagu razlina memang lagu manusia. tapi memang iya, aku simak lacak baris baris puitisnya dengan lebih santai dan asyik sembari juga mendengarkan nada irama "lady in red". ah apakah daku sedang mimpi? tak lah. aku hanya ingin bersama sang waktu menghela nafas lega gembira menyaksikan seraya menikmati hasil kreativitas seniman-seniwati dunia. danke schoon, razlina. salam kreatip. (aki)


ITU begitulah komen ringkas spontanku atas sajak « Negeri Mimpi » Razlina Reichardt. Tentu sudah dapat diduga, kemudian aku simak baca ulang. Memperhatikan apa-bagaimana sang penyair memilah-milih bahasa puisi sebagai ekspresi diri – pilihan judul yang selaras isi yang diungkap dan tuangkan, penggunaan bahasa dan bina tata kata-kata bagi pelukisannya dan tentu saja simbol atau metafora pelengkap-erat imajinasi. Hingga menjadi keutuhan bentuk yang harmonis puitis. Sekalipun sepintas lintas nampak sederhana namun dalam dan luas bernas. Tapi justeru karena itulah sajak yang merupakan nyanyian jiwa sorang patriotis ini mampu menggugah malah menggugat jiwa pula. Jiwaku !

Dan karena itu pula, aku susun nota karya ini – semata-mata untuk menyampaikan kesan penegasan apa adanya. Kepada sang penyair Razlina, sekali lagi aku ucapkan banyak terima kasih. Demikian pula kepada pembaca yang berkenan.
Salam damai bebas merdeka !

(A.Kohar Ibrahim)
9.03.2012
*

Razlina Reichardt :

Negeri mimpi


sayang
bukankah aku pernah bercerita padamu
betapa negeriku indah dan rakyatnya makmur
luhur, bersahaja dan damai
ketika kembali ke negeriku
aku terpana, terkesiap sambil merangkul dada erat-erat
agar tak luruh dalam badai ratapan
sayang
Bencana dasyat itu telah mengubah negeriku
bukan hanya di bagian pantai tapi juga bagian pergunungan
ditebangnya pepohonan karena export kayu akan berjaya
di galinya bukit, karena emas ada disana
katanya gempa memberikan kita rejeki
bukit demi bukit digalinya namun rezeki tak cukup jua
sayang
Air mengalir jadi racun, aku takut negeri ini kian hancur
tak ada lagi sawah yang dulu dialiri bendungan Irigasi
sawah yang dulu kini membentangkan
bangunan-bangunan perkantoran berjajar rapi
bahkan bukit yang rimbun dengan berbagai herbal
penyembuh penyakit
bukit di galinya, gedung Bupati terletak disana
Sayangku
kini semua tak ada lagi
aku jadi malu dengan kebanggaanku
dulu kebun ayah begitu hijau dialiri dua sungai seuleukat
kebun pala itu mesti dibelah dua agar kendraan melewatinya
dan berjalan kaki bukan kegemaran
haruskah jua udara racun itu kuhirup dikebun ini
entah bagimana nasib anak cucu
negeri mimpikah yang mesti kuceritakan
entahlah.

0603012
*
(Facebook 8 Maret 2012)
*
Biodata A.Kohar Ibrahim : http://16j42.multiply.com/journal/item/635/tag/biodata/;
http://artscad.com/@/AKohar Ibrahim/
(Facebook 9.03.2012)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar