Rabu, 21 Maret 2012

 Selamat Jalan Bunda
 
Mak!!
bagitulah aku memanggilmu
senandung prang sabil kau alunkan
disaat membuai adik dalam ayunan
tabah kau menunggu berminggu bahkan berbulan
kepulangan bapak dari tugasnya

Kadang sendu berkelebat di wajahmu
ketulusan cinta pada ke 10 anakmu
mengores jiwa bila mereka tak bahagia
keiklasan hatimu menerima hidup dalam hidup
mencerahkan aora keindahan di wajahmu

Mak!!
begitulah kami memanggilmu
kemarin kita baru bercerita dan bercanda
tidak banyak yang kau ceritakan tidak seperti biasa
sekedar mengabarkan dirimu sehat,
kata rindu darimu aku tidak mendengarnya
seakan kata itu selesai sudah
aku merasa kebahagian dari nada suaramu
dan tentramlah rasa dan pikirku


Mak
Kau pergi tanpa ada pesan apapun
sakit yang sekejap mengantarkan dirimu ke sisiNya
senyum terkulum dibibir dalam tidurmu yang sebenarnya tidur
pintu syurga terbuka untukmu.
Mak
senantiasa gemuruh rindu mengiringi langkah hidupku
dirimu ada disini di lubuk hati yang paling dalam
di dasar jiwaku


AllahuRabbi ampunilah dosa kedua
orang tuaku kasihinilah mereka
sebagaimana mereka mengasihiku
semenjak kecil...
Amiiin ya Rabiilálamin

Trier
04.03.10
Razlina
Karena Aku Mencintaimu
(Monolog)

Inginnya sekarang juga aku terbang menemuimu berjalan di sepanjang pantai cemara
yang selalu kita lalui sambil menikmati matahari menghilang di horizont-
kita menikmatinya dengan penuh cinta.
Ah itu dulu ketika kita bersama-sama,sewaktu aku masih berada dikotamu
sayang kini aku terkapar berbaring di ranjang dengan penyakit yang merorong jantungku
senantiasa aku berharap bertemu denganmu atau kau mengujungi aku karena tak mampu aku menemuimu,
bukan hanya penyakit yang merorong jantungku juga rindu menyayat perih,

sayang adakah kau kenang dengan jingganya senja, setidaknya.
mungkin dengan adanya rindumu
tentang senja menjingga  secuil rindu ada untukku
aku disini sayang berbaring lesu  tak seorangpun mendengar jeritanku
suara tersekat hanya sampai dipersimpangan leher, penyakit itu sungguh menguras seluruh tenagaku.

Temui aku  kekasih, hidupku takkan lama lagi, ingin aku sebelum pergi tuk selamanya
bersua sekejap saja  mendengar suaramu walau aku tak mampu lagi membelai wajah
tampanmu menatap tulang rahang yang kekar dengn tatapan mata teduhmu
sayang bukankah pernah kau katakan walau badan kita berjauhan namun hati kita selalu bertaut
adakah rinduku saat ini kau rasakan.

bunyi mesin yang selama ini mendampingi tidurku  memekakkan telinga.
sekarang aku melayang di udara
tubuhku berbaring diranjang putih kabel berada diantara lubang hidung
aku melihat dirimu tersedu di samping tubuh kakuku tanpa kata-kata,sepertinya ada penesalandalam isakmu.

jangan sesali sudah saatnya aku pergi hanya tubuhku menghilang darimu namun aku tetap bersamamu dalam ruang yang berbeda
senantiasa mendampingimu mengikuti harus kehidupan dalam duniamu
karena aku teramat mencintaimu.
taukah kau kekasih,perih yang melilit dijantungku kini sirna sama sekali demikian juga rindu takkan kurasakan nyerinya karena aku selalu berada di sampingmu dalam setiap langkahmu.
Maafkan aku kekasih janganlah berduka.


(Fiksi Monolog : Razlina Reichardt)
Trier 25.10.011


Sabtu, 10 Maret 2012